Sabtu, 13 Oktober 2012

Belajar Demokrasi Ala Pemilihan Ketua OSIS


Hari Sabtu, 6 Oktober 2012 yang lalu di sekolah tempat saya mengajar, sebuah SMP di Karawang Jawa Barat,  dilaksanakan sebuah kegiatan : Pemilihan Ketua OSIS. Acaranya dilaksanakan di halaman sekolah, yang sehari-hari juga sebagai lapang upacara. Ada 3 calon ketua OSIS yang mencalonkan diri: Sahran, Yusuf dan Ratna. Supaya lebih berkesan bagi anak, desain acaranya mirip dengan pemilihan kepala desa. Ada TPS lengkap dengan perangkat-perangkatnya. Surat suara bergambar 3 orang calon lengkap dengan nomer urut calon, DPT (daftar pemilih tetap, yang ini sih memakai daftar absen siswa) , Bilik Suara (ada 5 buah bilik suara, dibuat dari kardus bekas), Kotak Suara, sampai penggunaan tinta sebagai tanda pemilih telah mencoblos (yang ini  memakai bak stempel aja).
Rangkaian acaranya sendiri telah dilaksanakan beberapa minggu sebelumnya. Mulai dari penjaringan calon, penetapan calon, pengundian nomer urut dan tidak lupa: pelaksanaan kampanye! Kampanye dilaksanakan dengan 3 cara :
-          Kampanye ke setiap kelas, ketiga calon bersama panitia berkeliling ke setiap kelas untuk berkampanye, menyampaikan visi dan misi mereka seandainya terpilih menjadi ketua OSIS.
-          Kampanye tertulis, yaitu dengan menempelkan gambar / poster calon lengkap dengan program maupun tag line-nya. Poster ditempel di tempat-tempat strategis di sekolah : papan pengumuman, depan ruang OSIS, di kelas-kelas dan di kantin ataupun koperasi.
-          Kampanye terbuka, dilaksanakan saat upacara bendera. Para calon diberikan kesempatan untuk berkampanye di mimbar pembina upacara. Namanya juga belajar tampil di depan umum, kalaupun nerveus  deg-degan, grogi  adalah hal yang wajar. Boro-boro anak, guru saja kalau saat menjadi pembina upacara pasti ada groginya juga.
Saaat pencoblosan adalah saat yang ditunggu. Panitia pemilihan suara telah menyiapkan TPS sehari sebelumnya. Jam 07.00 WIB acara dimulai dengan sambutan dari ketua panitia, sambutan dari kepala sekolah dan pembacaan tata cara pemilihan suara. Jam 07.30 teng pencoblosan dimulai.  Setiap siswa diberikan kesempatan untuk melaksanakan pemilihan calon ketua OSIS. Siswa diatur supaya tetap tertib. Pemilih dipanggil berdasarkan urutan kelas. Satu persatu pemilih mendatangi TPS, mendapat kertas suara, melakukan pencoblosan, memasukkan ke kotak suara dan jempolnya ditandai dengan tinta. Satu per satu, sampai semua mendapat kesempatan memilih, kurang lebih 1500 siswa. Sekitar jam 13.00 seluruh siswa sudah melaksakan hak pilihnya. Satu yang paling ditunggu adalah : Penghitungan Suara.
Setelah beristirahat setengan jam, perhitungan suara dimulai. Satu persatu surat suara dibuka. “Nomer satu.......Sah! , Nomer dua..........sah! suara panitia yang membuka surat suara. “2 Calon yang dicoblos, bagaimana saksi...?  Tidak sah!”Dan seterusnya...............................
 Semua mata tertuju pada papan penghitungan suara. Semua yang melihat mulai menghitung kira-kira siapa yang bakal menang. Yang lebih membuat penasaran adalah jumlah suara yang susul menyusul terutama dari calon 1 (Sahran) dan calon nomer 3 (Ratna). Saat tertentu suara Saharan lebih banyak, saat lainnya ia disusul oleh Ratna. Sementara calon nomer urut 2 agak teringgal, walau tidak terlalu banyak. Setelah lebih dari 1 jam, akhirnya perhitungan suara selesai. Setelah dihitng, ternyata calon nomer urut 3 mendapat suara terbanyak, sekitar 500 suara, beda tipis dengan calon nomer 1.  Calon nomer 2 agak tertinggal di 300-suara. Ada juga suara tidak sah, dan siswa yang tidak menggunakan hak suaranya, terutama siswa yang tidak masuk sekolah baik karena sakit, izin ataupun alpa. Calon sudah terpilih, tinggal penetapan hasil pemungutan suara.
Dari wawancara dengan beberapa siswa, mereka sangat antusias dengan model pemilihan ketua OSIS yang baru. Hal ini karena dilaksanakan di lapang, dan didesain seperti Pilkades yang mereka pernah lihat. Ya, semoga belajar demokrasi yang telah dilaksakan di sekolah akan berguna buat mereka saat hidup di masyarakat kelak. Walaupun ada yang berbeda dengan Pemilihan kepala desa /kepala daerah. Di sini semua calon pada akhirnya akan menjadi pengurus OSIS, dan ada 1 lagi bedanya : tanpa money politic!!!