Hari Sabtu, 6 Oktober 2012 yang lalu di sekolah tempat saya
mengajar, sebuah SMP di Karawang Jawa Barat, dilaksanakan sebuah kegiatan : Pemilihan Ketua
OSIS. Acaranya dilaksanakan di halaman sekolah, yang sehari-hari juga sebagai
lapang upacara. Ada 3 calon ketua OSIS yang mencalonkan diri: Sahran, Yusuf dan
Ratna. Supaya lebih berkesan bagi anak, desain acaranya mirip dengan pemilihan
kepala desa. Ada TPS lengkap dengan perangkat-perangkatnya. Surat suara
bergambar 3 orang calon lengkap dengan nomer urut calon, DPT (daftar pemilih
tetap, yang ini sih memakai daftar absen siswa) , Bilik Suara (ada 5 buah bilik
suara, dibuat dari kardus bekas), Kotak Suara, sampai penggunaan tinta sebagai
tanda pemilih telah mencoblos (yang ini
memakai bak stempel aja).
Rangkaian acaranya sendiri telah dilaksanakan beberapa
minggu sebelumnya. Mulai dari penjaringan calon, penetapan calon, pengundian
nomer urut dan tidak lupa: pelaksanaan kampanye! Kampanye dilaksanakan dengan 3
cara :
-
Kampanye ke setiap kelas, ketiga calon bersama
panitia berkeliling ke setiap kelas untuk berkampanye, menyampaikan visi dan
misi mereka seandainya terpilih menjadi ketua OSIS.
-
Kampanye tertulis, yaitu dengan menempelkan
gambar / poster calon lengkap dengan program maupun tag line-nya. Poster
ditempel di tempat-tempat strategis di sekolah : papan pengumuman, depan ruang
OSIS, di kelas-kelas dan di kantin ataupun koperasi.
-
Kampanye terbuka, dilaksanakan saat upacara
bendera. Para calon diberikan kesempatan untuk berkampanye di mimbar pembina
upacara. Namanya juga belajar tampil di depan umum, kalaupun nerveus deg-degan, grogi adalah hal yang wajar. Boro-boro anak, guru
saja kalau saat menjadi pembina upacara pasti ada groginya juga.
Saaat pencoblosan adalah saat yang ditunggu. Panitia
pemilihan suara telah menyiapkan TPS sehari sebelumnya. Jam 07.00 WIB acara dimulai
dengan sambutan dari ketua panitia, sambutan dari kepala sekolah dan pembacaan
tata cara pemilihan suara. Jam 07.30 teng pencoblosan dimulai. Setiap siswa diberikan kesempatan untuk
melaksanakan pemilihan calon ketua OSIS. Siswa diatur supaya tetap tertib.
Pemilih dipanggil berdasarkan urutan kelas. Satu persatu pemilih mendatangi
TPS, mendapat kertas suara, melakukan pencoblosan, memasukkan ke kotak suara
dan jempolnya ditandai dengan tinta. Satu per satu, sampai semua mendapat
kesempatan memilih, kurang lebih 1500 siswa. Sekitar jam 13.00 seluruh siswa
sudah melaksakan hak pilihnya. Satu yang paling ditunggu adalah : Penghitungan
Suara.
Setelah beristirahat setengan jam, perhitungan suara
dimulai. Satu persatu surat suara dibuka. “Nomer satu.......Sah! , Nomer
dua..........sah! suara panitia yang membuka surat suara. “2 Calon yang
dicoblos, bagaimana saksi...? Tidak sah!”Dan
seterusnya...............................
Semua mata tertuju
pada papan penghitungan suara. Semua yang melihat mulai menghitung kira-kira
siapa yang bakal menang. Yang lebih membuat penasaran adalah jumlah suara yang
susul menyusul terutama dari calon 1 (Sahran) dan calon nomer 3 (Ratna). Saat
tertentu suara Saharan lebih banyak, saat lainnya ia disusul oleh Ratna.
Sementara calon nomer urut 2 agak teringgal, walau tidak terlalu banyak. Setelah
lebih dari 1 jam, akhirnya perhitungan suara selesai. Setelah dihitng, ternyata
calon nomer urut 3 mendapat suara terbanyak, sekitar 500 suara, beda tipis
dengan calon nomer 1. Calon nomer 2 agak
tertinggal di 300-suara. Ada juga suara tidak sah, dan siswa yang tidak
menggunakan hak suaranya, terutama siswa yang tidak masuk sekolah baik karena
sakit, izin ataupun alpa. Calon sudah terpilih, tinggal penetapan hasil
pemungutan suara.
Dari wawancara dengan beberapa siswa, mereka sangat antusias
dengan model pemilihan ketua OSIS yang baru. Hal ini karena dilaksanakan di
lapang, dan didesain seperti Pilkades yang mereka pernah lihat. Ya, semoga
belajar demokrasi yang telah dilaksakan di sekolah akan berguna buat mereka
saat hidup di masyarakat kelak. Walaupun ada yang berbeda dengan Pemilihan
kepala desa /kepala daerah. Di sini semua calon pada akhirnya akan menjadi
pengurus OSIS, dan ada 1 lagi bedanya : tanpa money politic!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar